Ketika sedang berbuat baik, jangan berhenti hanya karena beberapa orang tidak suka
--
Ada satu filosofi dari suku Nias yang sangat saya suka dan seringkali jadi landasan saya bekerja. Begini kata-katanya:
Siapa yang setia pada perkara yang kecil, kepadanya akan dipercayakan perkara-perkara yang besar.
Intinya tidak menganggap remeh apapun yang sedang diamanahkan kepada kita. Sering kejadian dimana pekerjaan-pekerjaan kecil luput dari perhatian sehingga cenderung disepelekan. Padahal untuk orang bisa percaya sepenuhnya kepada kita, itu tidak langsung dari hal-hal besar. Tapi dari hal-hal kecil terlebih dahulu.
Pun demikian dengan perbuatan baik yang sepertinya terlihat kecil bagi penduduk bumi, tapi sebenarnya besar menurut penduduk langit.
Beberapa minggu lalu saat saya mengunjungi kantor klien, saya melihat ada petugas cleaning service yang sedang memberi makan kucing-kucing liar dengan makanan yang menurut saya mahal. Tahu lah yah, makanan kucing mahal dari brand apa.
Kucing liarnya tidak hanya satu, tapi 10 ekor. Wajah petugas cleaning service tersebut terlihat sumringah saat memberi makan kucing-kucing liar tersebut. Saya berfikir, “Oh mungkin ini hiburannya kali yah, untuk melepas penat”.
Singkat cerita setelah meeting dengan klien, saya berbasa-basi soal petugas cleaning service tersebut. Saya bilang senang sekali melihat bapak itu bahagia ketika memberi kucing makan. Jadi ikut senang melihatnya. Lalu klien saya tersebut bercerita bahwa bapak petugas cleaning service itu sering dibully oleh keluarganya, oleh beberapa rekan sejawatnya, bahkan oleh supervisornya bahwa tindakannya itu merugikan dirinya sendiri karena mengeluarkan modal untuk memberi makan kucing liar. Mereka bilang kalau mau punya hobby itu yang sekalian menghasilkan gitu lho. Jangan buang-buang uang untuk hal yang tidak ada manfaatnya.
Lalu klien saya bilang, bulan depan akan mengumrohkan bapak petugas cleaning service tersebut. Saya terharu sekaligus ikut bahagia mendengarnya, namun juga terkejut. “Kenapa pak?”, begitu tanya saya.
“Saya memang menugaskan beliau untuk memberi makan kucing setiap pagi. Tapi tidak expect jika ternyata beliau menggunakan uang sendiri, sudah begitu kucingnya banyak pula. Padahal kucing di kantor ini hanya satu ekor dan bukan kucing liar.”, begitu kata klien saya.
“Beliau menjalankan tugas dari saya, melebihi ekspektasi saya. Alhamdulillah saya dapat rejeki lebih, ingin memberi hadiah umroh bagi beliau.”
“Ini mungkin sudah takdirnya beliau. Hati saya digerakkan untuk memberangkatkan beliau umrah. Pak (menyebutkan namanya) adalah ejawantah dari apa yang diajarkan oleh guru saya; Ada yang di bumi ia bukan siapa-siapa, namun diperbincangkan dan dirindukan para penduduk langit.”
Saya tidak bisa banyak berkata selain ikut bahagia dan turut mendoakan agar bapak tersebut dan klien saya senantiasa diberikan kesehatan dan rejeki yang berlimpah. Saya masih kesulitan untuk merespon orang-orang baik dengan layak. Masih belajar.
Jadi jangan berhenti berbuat baik tanpa harus terbebani dengan label “orang baik”.